Laman

Selamat Datang

"Perempuan dan sastra itu sama. Sama-sama bisa menyembunyikan apa yang ingin disembunyikan."

Sabtu, 20 Desember 2014

Supaya Aku Nggak Lupa

#akuditolong lagi.
Sore itu,
"Nama abang siapa?" tanyaku pelan. tentu saja tidak genit..!
"Oh..nama abang ucok."
"Kalo yang dua abang itu?"
"Itu namanya Bang Hutabarat, sama Herman."
"Kenapa tanya-tanya nama kami?"
Aku senyum. "Nggak..nggak apa. pengen tahu."
Segera aku melaju bersama motorku. pamit pulang. bibirku komat kamit mengucapkan 3 nama itu supaya nggak lupa.
Terang saja, aku ingin tahu nama mereka. Mereka layak diingat. Bagaimana bisa aku tidak tahu nama orang-orang yang sudah 21 bulan selalu menyapaku, dan.. menggratiskan uang parkir untuk aku? #hehe
Bang Ucok, Bang Hutabarat, Herman. Mereka adalah 3 orang tukang parkir apotek langganan di depan mesjid Nurdin (giliran Pagi-sore). Mereka sopan. Me(mang)rakyat. Aku berteman dengan mereka. lebih tepatnya aku menganggap mereka teman (sudah jadi kebiasaan, suka menganggap orang itu teman walau orang itu nggak tahu nganggap apa nggak..) Tapi pokoknya, mereka teman.

Labirin-labirin otakku kembali menelusuri kejadian pada tahun 2013, awal ketemu.
Aku datang ke apotek itu dengan air muka hancur-hancuran. Datang-beli obat-bayar parkir-pulang. Diam saja. Flat. waktu itu aku 4 x seminggu ke apotek karena salah beli obat atau kurang belinya. Bang ucok orangnya suka menyapa siapapun (pelanggan apotek) yang datang parkir. aku yang suka bersikap datar dan skeptis. tapi Bang Ucok selalu senyum dan ceria. Hingga suatu hari, ban motor ku kempis. Dia lalu mendekat dan tersenyum.
"Kenapa? kempes?"
Aku nunduk. "Iya.."
"Itu...di sana ada tempat ngisi angin. di deket orang jual jeruk. nanti adek ke sana ya. deket.."
"Iya..makasih bang.."
"Iya, hati-hati ya.."
Pernah juga motorku gak mau di engkol atau di starter, terus tanpa tedeng aling-aling bang ucok menyuruhku  turun dari motor dan mencoba mengengkol motorku. Lalu hidup. Lega. Hari itu, aku berterimakasih sekali. 

Kalau Bang Hutabarat, awal-awal ketemu, bagiku dia amat menyeramkan karena gondrong dan gak pernah senyum, Jarang ngomong malah. Tapi dia yang paling duluan datang menghampiriku saat kejadian kecelakaan beberapa bulan yang lalu..

Ketika itu aku mau belok ke apotek. (dari arah tugu juang),  aku ditabrak mobil dari belakang. Nggak pernah seumur hidup mengalami itu jadi gugup banget. gak luka tapi kayak orang bego di tengah jalan. terus aku langsung cepat-cepat bangkit dan tancap motor lagi belok ke apotek. Bang Hutabarat cemas dan bilang, "Kenapa nggak di setopin mobil itu?"
Aku kaget. "Eh, nggak apa bang...kami nggak mau ribut. lagian kayaknya kami yang salah.ehehehehe"
Yah. Diantara mereka bertiga, Bang Hutabarat yang paling pelit ngomong. Kalau gak ngangguk ya geleng. dan dialah orang yang paling nggak mau nerima uangku....dia selalu nolak kalau aku bayar uang parkir. dan cara nolaknya itu.. khas sekali. kenapa? Bang Hutabarat cuma geleng, tidak benar-benar melihatku (malah suka mengarahkan matanya kemana saja asal bukan ke arahku), dan tanpa ngomong apa-apa, ia genggam jemarinya. tanda gak mau nerima uang.


Terakhir, si Herman, usianya lebih muda dariku. kalau denganku, dia manggil aku "Ayuk"..
Karena paling kecil, jadi anak ini yang paling sering aku 'intervensi' untuk mau menerima uang parkirku.
"Aiii cepatlah terima.."
"dak yuk..dak mau.."
"Sekali-sekali kan bayar..masak dak bayar terus.." kataku.
Kadang-kadang dia mau. kadang langsung lari. Pernah juga langsung nyumput kalo melihatku keluar dari apotek. Takut di paksa nerima uang. Lucu kalo inget itu. Ya Allah. Di dunia ini, masih ada orang-orang seperti itu.
Hei....aku kan jadi nggak enak..... 

***
Kemarin,
"Hai adek...! Apa kabar???" Seru bang Ucok saat melihatku. sambil dadah-dadah dia duduk di motor salah satu pelanggan.
Aku, sambil senyum-senyum dan angguk-angguk, "Iya bang..Baik..." dadah-dadah juga.
"Jadi kayak mana kuliahnya?"
"Ini baru kelar seminar bang.."
Bang Ucok perawakannya persis Caesar yang ada di Tivi-tivi itu. Gayanya memang suka rada nyablak kayak perempuan. Lucu. Tapi percayalah, dia tahu kodratnya. dia yang paling suka nanya-nanya. tentang alasan kenapa sering ke apotek, sekolah dimana, mau kerja dimana, cita-citanya apa. bahkan beberapa hari yang lalu, dia mendoakanku semoga cepat lulus kuliah dan dapat kerja.

Di dunia ini ada hal-hal yang perlu diingat dan dilupakan; Yang perlu diingat itu adalah keburukan diri kita, kebaikan orang lain, hutang uang, hutang budi, dan semacam itu. Yang perlu dilupakan itu adalah kebaikan diri kita pada orang lain (jika mengingatnya hanya membuat hati ujub), kejahatan orang lain, orang jahat... di apotek itu ada 3 orang yang layak diingat. sampai-sampai aku bilang ke Ibu-bapak, kalau saya menikah ada hajatan, mereka perlu diundang.
Allah, banyak sekali orang baik.........saya meleleh dibuatnya. pepatah mengatakan, "Masalah membuatmu sangat menghargai kebaikan sekecil apapun". Itu benar. Mereka & orang-orang yg pernah menolongku, semoga di balas Allah SWT dengan balasan yg paling baik. AAMIIN...

***
Itu mereka. Orang yang selalu menolak kalau aku bayar parkir. Pekerjaan mereka cuma tukang parkir jam pagi-sore. gaji kecil. cari uang untuk memenuhi kebutuhan primer, sering dipandang sebelah mata. Tapi mereka gak mata duitan. Yang satu (Herman) mestinya sekolah SMA atau kuliah. bukan kerja. Kadang, sesuatu yang amat-teramat sepele bagi kita. justru bagi beberapa orang itu amat berarti. kayak mereka. mereka nggak akan pernah menyangka bahwa ke-sepele-an perbuatan mereka selama ini membekas di hati saya. air mata saya hampir selalu jatuh setiap pulang dari apotek itu. mengingat kebaikan mereka. dan mengapa saya tidak bisa membalas. sesekali saya beli obat di apotek lain saja supaya tidak terlalu sering gratis. tapi masih, sampai saai ini kalau ke sana saya gratis parkir. Maka, kalau kamu ke apotek itu, bertemu mereka, ketahuilah, mereka baik. 
setidaknya ada pelajaran yang bisa diambil, Kalau kamu bertemu tukang parkir, siapapun dia, sekali-sekali kalo ngasih uang parkir di tambahin senyuman kamu...
"Terima kasih pak, sudah menjaga kendaraan saya.."
 ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar