#akuditolong lagi.
Sore itu,
"Nama abang
siapa?" tanyaku pelan. tentu saja tidak genit..!
"Oh..nama abang
ucok."
"Kalo yang dua
abang itu?"
"Itu namanya Bang
Hutabarat, sama Herman."
"Kenapa tanya-tanya
nama kami?"
Aku senyum.
"Nggak..nggak apa. pengen tahu."
Segera aku melaju
bersama motorku. pamit pulang. bibirku komat kamit mengucapkan 3 nama itu
supaya nggak lupa.
Terang saja, aku ingin
tahu nama mereka. Mereka layak diingat. Bagaimana bisa aku tidak tahu nama
orang-orang yang sudah 21 bulan selalu menyapaku, dan.. menggratiskan uang
parkir untuk aku? #hehe
Bang Ucok, Bang Hutabarat, Herman. Mereka adalah 3 orang
tukang parkir apotek langganan di depan mesjid Nurdin (giliran Pagi-sore).
Mereka sopan. Me(mang)rakyat. Aku berteman dengan mereka. lebih tepatnya aku
menganggap mereka teman (sudah jadi kebiasaan, suka menganggap orang itu teman
walau orang itu nggak tahu nganggap apa nggak..) Tapi pokoknya, mereka teman.
Labirin-labirin otakku
kembali menelusuri kejadian pada tahun 2013, awal ketemu.
Aku datang ke apotek itu
dengan air muka hancur-hancuran. Datang-beli obat-bayar parkir-pulang. Diam
saja. Flat. waktu itu aku 4 x seminggu ke apotek karena salah beli obat atau kurang belinya.
Bang ucok orangnya suka menyapa siapapun (pelanggan apotek) yang datang parkir. aku yang suka bersikap datar dan skeptis. tapi Bang Ucok selalu senyum dan ceria. Hingga suatu hari, ban
motor ku kempis. Dia lalu mendekat dan tersenyum.
"Kenapa?
kempes?"
Aku nunduk.
"Iya.."
"Itu...di sana ada
tempat ngisi angin. di deket orang jual jeruk. nanti adek ke sana ya.
deket.."
"Iya..makasih
bang.."
"Iya, hati-hati
ya.."
Pernah juga motorku gak
mau di engkol atau di starter, terus tanpa tedeng aling-aling bang ucok
menyuruhku turun dari motor dan mencoba mengengkol motorku. Lalu hidup.
Lega. Hari itu, aku berterimakasih sekali.
Kalau Bang Hutabarat,
awal-awal ketemu, bagiku dia amat menyeramkan karena gondrong dan gak pernah
senyum, Jarang ngomong malah. Tapi dia yang paling duluan datang menghampiriku
saat kejadian kecelakaan beberapa bulan yang lalu..
Ketika itu aku mau belok ke
apotek. (dari arah tugu juang), aku ditabrak mobil dari belakang. Nggak pernah
seumur hidup mengalami itu jadi gugup banget. gak luka tapi kayak orang bego di
tengah jalan. terus aku langsung cepat-cepat bangkit dan tancap motor lagi
belok ke apotek. Bang Hutabarat cemas dan bilang, "Kenapa nggak di setopin mobil
itu?"
Aku kaget. "Eh,
nggak apa bang...kami nggak mau ribut. lagian kayaknya kami yang
salah.ehehehehe"
Yah. Diantara mereka bertiga,
Bang Hutabarat yang paling pelit ngomong. Kalau gak ngangguk ya geleng. dan
dialah orang yang paling nggak mau nerima uangku....dia selalu nolak kalau aku bayar uang parkir. dan cara nolaknya itu.. khas sekali. kenapa? Bang Hutabarat cuma geleng, tidak benar-benar melihatku (malah suka mengarahkan matanya kemana saja asal bukan ke arahku), dan tanpa ngomong apa-apa, ia genggam jemarinya. tanda gak mau nerima uang.
Terakhir, si Herman,
usianya lebih muda dariku. kalau denganku, dia manggil aku "Ayuk"..
Karena paling kecil,
jadi anak ini yang paling sering aku 'intervensi' untuk mau menerima uang
parkirku.
"Aiii cepatlah
terima.."
"dak yuk..dak
mau.."
"Sekali-sekali kan
bayar..masak dak bayar terus.." kataku.
Kadang-kadang dia mau.
kadang langsung lari. Pernah juga langsung nyumput kalo melihatku keluar dari
apotek. Takut di paksa nerima uang. Lucu kalo inget itu. Ya Allah. Di dunia ini, masih
ada orang-orang seperti itu.
Hei....aku kan jadi
nggak enak.....
***
Kemarin,
"Hai adek...! Apa
kabar???" Seru bang Ucok saat melihatku. sambil dadah-dadah dia duduk di
motor salah satu pelanggan.
Aku, sambil
senyum-senyum dan angguk-angguk, "Iya bang..Baik..." dadah-dadah
juga.
"Jadi kayak mana
kuliahnya?"
"Ini baru kelar
seminar bang.."
Bang Ucok perawakannya
persis Caesar yang ada di Tivi-tivi itu. Gayanya memang suka rada nyablak kayak
perempuan. Lucu. Tapi percayalah, dia tahu kodratnya. dia yang paling suka
nanya-nanya. tentang alasan kenapa sering ke apotek, sekolah dimana, mau kerja
dimana, cita-citanya apa. bahkan beberapa hari yang lalu, dia mendoakanku
semoga cepat lulus kuliah dan dapat kerja.
Di dunia ini ada hal-hal
yang perlu diingat dan dilupakan; Yang perlu diingat itu adalah keburukan diri
kita, kebaikan orang lain, hutang uang, hutang budi, dan semacam itu. Yang
perlu dilupakan itu adalah kebaikan diri kita pada orang lain (jika
mengingatnya hanya membuat hati ujub), kejahatan orang lain, orang
jahat... di apotek itu ada 3 orang yang layak diingat. sampai-sampai aku bilang
ke Ibu-bapak, kalau saya menikah ada hajatan, mereka perlu diundang.
Allah, banyak sekali
orang baik.........saya meleleh dibuatnya. pepatah mengatakan, "Masalah
membuatmu sangat menghargai kebaikan sekecil apapun". Itu benar. Mereka
& orang-orang yg pernah menolongku, semoga di balas Allah SWT dengan
balasan yg paling baik. AAMIIN...
***
Itu mereka. Orang yang
selalu menolak kalau aku bayar parkir. Pekerjaan mereka cuma tukang parkir jam
pagi-sore. gaji kecil. cari uang untuk memenuhi kebutuhan primer, sering
dipandang sebelah mata. Tapi mereka gak mata duitan. Yang satu (Herman)
mestinya sekolah SMA atau kuliah. bukan kerja. Kadang, sesuatu yang
amat-teramat sepele bagi kita. justru bagi beberapa orang itu amat berarti.
kayak mereka. mereka nggak akan pernah menyangka bahwa ke-sepele-an perbuatan
mereka selama ini membekas di hati saya. air mata saya hampir selalu jatuh
setiap pulang dari apotek itu. mengingat kebaikan mereka. dan mengapa saya
tidak bisa membalas. sesekali saya beli obat di apotek lain saja supaya tidak
terlalu sering gratis. tapi masih, sampai saai ini kalau ke sana saya gratis
parkir. Maka, kalau kamu ke apotek itu, bertemu mereka, ketahuilah, mereka
baik.
setidaknya ada pelajaran
yang bisa diambil, Kalau kamu bertemu tukang parkir, siapapun dia,
sekali-sekali kalo ngasih uang parkir di tambahin senyuman kamu...
"Terima kasih pak,
sudah menjaga kendaraan saya.."
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar