Gadis
bersweater kelabu itu berjalan pelan di sebuah lapangan kampus. Dipundaknya
tampak sebuah tas sandang biru menggantung. Tas tua. Namun, orang-orang tentu
tak akan menyangka bahwa itu adalah tas yang baru dibeli di sebuah supermarket. Tepatnya,
di
sebuah keranjang besi bertuliskan diskon 50%. Apapun itu, ia tak bisa menolak apa yang Ibunya berikan untuk keberhasilannya lolos di Universitas Pinang Masak.
Menurut prakiraan cuaca, siang itu suhu mencapai 45oC dan hujan tak akan turun. Gadis itu berkernyit. Ia rindu hujan. Seperti orang linglung—dan sepertinya ia memang sedang linglung—gadis sweater kelabu itu mondar-mandir di tengah terik matahari. Ia tampak aneh dengan sweater ketika panas sungguh menyengat. Disisi kanannya tampak beberapa remaja sebayanya berdiri disamping para pria atau wanita setengah baya, yang ia rasa mereka adalah orangtua para remaja itu. ia menatap skeptis. Mereka beruntungkah?
Ia tak seperti mereka. Ia sendirian. Teman satu sekolahnya entah dimana saat ini. Ia memang suka sendirian. Tapi, tidak untuk saat ini. ia bingung. Setelah dokumen yang ia isi saat ini, lantas diapakan lagi?
“Di fotocopy dulu.” Kata seorang gadis berkacamata disampingnya.
“ha? Nggak perlu, kayak gitu aja nggak apa.” Kata seorang lagi.
“Lho, nanti kamu nggak punya pegangan, dong!” kata yang lain lagi.
Hah! Terserahlah. Gadis bersweater itu berjalan cepat menuju tempat fotocopy. Kamu tahu gadis sweater biru itu siapa?bocoran,itu aku.
Namaku uka.(bukan nama Asli)haha. Sangat terobsesi dengan nama yang ada nuansa Islamnya. karena itu, terkadang aku memikirkan banyak nama yang akan ku sumbangkan untuk para relawan yang mau menerima. termasuk pembuatan Facebook dan “Kau masuk fakultas keguruan saja!” kata Bapak malam itu, telah menjadi hari dimana impianku jadi designer dan psikolog berakhir, sepertinya.Dan Ini hidupku.. ***
Klik ini
sebuah keranjang besi bertuliskan diskon 50%. Apapun itu, ia tak bisa menolak apa yang Ibunya berikan untuk keberhasilannya lolos di Universitas Pinang Masak.
Menurut prakiraan cuaca, siang itu suhu mencapai 45oC dan hujan tak akan turun. Gadis itu berkernyit. Ia rindu hujan. Seperti orang linglung—dan sepertinya ia memang sedang linglung—gadis sweater kelabu itu mondar-mandir di tengah terik matahari. Ia tampak aneh dengan sweater ketika panas sungguh menyengat. Disisi kanannya tampak beberapa remaja sebayanya berdiri disamping para pria atau wanita setengah baya, yang ia rasa mereka adalah orangtua para remaja itu. ia menatap skeptis. Mereka beruntungkah?
Ia tak seperti mereka. Ia sendirian. Teman satu sekolahnya entah dimana saat ini. Ia memang suka sendirian. Tapi, tidak untuk saat ini. ia bingung. Setelah dokumen yang ia isi saat ini, lantas diapakan lagi?
“Di fotocopy dulu.” Kata seorang gadis berkacamata disampingnya.
“ha? Nggak perlu, kayak gitu aja nggak apa.” Kata seorang lagi.
“Lho, nanti kamu nggak punya pegangan, dong!” kata yang lain lagi.
Hah! Terserahlah. Gadis bersweater itu berjalan cepat menuju tempat fotocopy. Kamu tahu gadis sweater biru itu siapa?bocoran,itu aku.
Namaku uka.(bukan nama Asli)haha. Sangat terobsesi dengan nama yang ada nuansa Islamnya. karena itu, terkadang aku memikirkan banyak nama yang akan ku sumbangkan untuk para relawan yang mau menerima. termasuk pembuatan Facebook dan “Kau masuk fakultas keguruan saja!” kata Bapak malam itu, telah menjadi hari dimana impianku jadi designer dan psikolog berakhir, sepertinya.Dan Ini hidupku.. ***
Klik ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar