Laman

Selamat Datang

"Perempuan dan sastra itu sama. Sama-sama bisa menyembunyikan apa yang ingin disembunyikan."

Minggu, 16 Desember 2012

KATAKAN PADA MEREKA!



Berikut ini beberapa kutipan pemikiran-pemikiran aneh dan nyeleneh dari pendukung-pendukung JIL.

Di luar itu, saya kadang berpikir apakah orang beragama itu memang harus full time. Tidak bolehkah beragama secara part time. Mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi harus "beragama," sampai mau ke toilet pun harus "beragama." Ke-kaffah-an Islam sering kali juga di ukur dari hal-hal seperti ini. Rasanya enak sekali kalau beragama bisa part time. -A. Rumadi, IAIN Jakarta-

Katakan pada mereka beragama bukan hanya menyandang status Islam. Anda beraktivitas didalamnya dan itu bukanlah aktivitas yang bisa anda kerjakan di sebagian waktu, lalu boleh ditinggalkan di sebagian waktu yang lain. Islam bukanlah aktivitas budaya, olahraga, atau kepanduan yang biasa anda geluti ketika kuliah, lalu anda tinggalkan setelah lulus. Beragama islam dan membelanya bukan hanya anda jalani ketika lajang lalu anda campakkan ketika menikah, punya jabatan, atau sibuk S1 atau S2. Tidak. Bukan seperti itu.
Beragama Islam adalah penyembahan anda kepada Allah SWT. Dan, orang muslim tidak pernah berhenti dari aktivitas islam hingga akhir hidupnya.

“Dan sembahlah Tuhanmu sampai keyakinan (kematian) datang kepadamu” (Al-Hijr: 99)

Kita harus meninjau ulang konsep atau gagasan tentang keaslian kitab suci. Bagi saya, semua kitab suci adalah asli. Tapi harus diingat bahwa kitab suci itu tumbuh seperti tanaman. Artinya, tidak ada kitab suci yang lahir ke dunia langsung menjadi besar, sebesar tanaman seumur 50 tahun. Kitab suci itu seperti manusia; dia mengalami fase bayi, remaja, dewasa, dan tua. Saya tidak menjumpai sejarah manusia yang langsung jadi. Ketika kita melihat Alqur’an, Taurat, Veda, Injil, dan Upanishad, semua itu adalah kitab suci yang tumbuh. Kalau kita sebut asli bagaimana? Semua kitab suci adalah asli; semua kitab suci adalah sesuai dengan ajaran agamanya, tapi dia berubah atau tumbuh sesuai dengan tahap-tahap yang dia lalui.-Ulil Abshar Abdalla-

Katakan kepada mereka bahwa Al-Quran bukan makhluk seperti yang mereka andai-andaikan “seperti tanaman” atau “seperti manusia”. Al-Quran tidaklah sama dengan kitab lain. Namun sebagai penyempurna dari kitab Taurat dan iInjil. Terlebih Injil yang sekarangpun telah dirusak oleh segolongan orang yang menyukai beberapa ketentuan Allah dan membenci sebagiannya, lalu merombaknya. Bahkan, Al-Quran tidak sama dengan Veda ataupun Upanishad!

Al-Imam Al-Baihaqi Asy-Syafi’i rahimahullah meriwayatkan ucapan Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah:
لما كلم الشافعي رضي الله عنه حفصا الفرد ، فقال حفص : القرآن مخلوق ، فقال له الشافعي : كفرت بالله العظيم
“Ketika Asy-Syafi’iradhiyallahu’anhu berbicara dengan Hafsh Al-Fard, dia berkata, “Al-Qur’an makhluk”, maka Asy-Syafi’i berkata kepadanya, engkau telah kafir kepada Allah Yang Maha Agung.
  

Al-Imam Abu Hatim dan Abu Zur’ah rahimahumallah mengabarkan aqidah seluruh ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah di seluruh negeri yang mereka temui:
ومن زعم أن القرآن مخلوق فهو كافر بالله العظيم كفرا ينقل عن الملة ومن شك في كفره ممن يفهم فهو كافر ومن شك في كلام الله عز و جل فوقف شاكا فيه يقول لا أدري مخلوق أو غير مخلوق فهو جهمي ومن وقف في القرآن جاهلا علم وبدع ولم يكفر
“Barangsiapa yang menyangka Al-Qur’an makhluk maka dia kafir kepada Allah Yang Maha Agung dengan kekafiran yang mengeluarkan dari Islam, dan barangsiapa yang ragu dengan kekafirannya –dari orang yang sudah memahami masalah- maka dia juga kafir, dan barangsiapa ragu pada kalam Allah  ‘Azza wa Jalla, lalu dia tidak menentukan sikap dalam keraguan dengan berkata, “Aku tidak tahu Al-Qur’an makhluk atau bukan,” maka dia seorang pengikut Jahmiyah, dan barangsiapa tidak menentukan sikap karena tidak tahu (bukan karena ragu), maka dia harus diajari, dibid’ahkan, dan tidak dikafirkan.”

Allah subhanahu wa ta’ala telah mengancam dalam Al-Qur’an dengan ancaman yang keras terhadap orang-orang yang berani berbicara tentang agama-Nya tanpa didasari ilmu. Allah ta’ala berfirman:
وَلا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلالٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لا يُفْلِحُونَ
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “Ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung.” [An-Nahl: 116]

Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al Qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari isi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (Q.S Ali Imran: 7)

Selain itu, pendapat JIL yang lain..

Meskipun di mata saya jilbab bukan satu-satunya pakaian yang “Islami”, tetapi di mata banyak masyarakat Islam, termasuk di Amerika, jilbab jelas mempunyai kedudukan yang istimewa di antara pelbagai jenis pakaian yang lain.
Menjadi seorang wanita Muslimah tentu tak berarti mengisolir diri dari masyarakat sekitar dengan menutup seluruh tubuh dengan pakaian tradisional ala masyarakat Afghanistan seperti Burqa. Menjadi Muslimah yang baik bisa terlaksana dengan jilbab, plus jeans, dan kaos yang melambangkan kebudayaan populer masyarakat Amerika. Dengan kata lain, jilbab bukanlah halangan bagi wanita Muslimah untuk melakukan asimilasi dalam kebudayaan lokal. Jilbab bisa bersandingan secara damai dengan ekspresi kultural masyarakat setempat.
Yang menggelikan adalah bahwa kaum Islam fundamentalis itu menganjurkan kembali kepada Islam yang “murni” dengan cara mengadopsi simbol-simbol kearaban. Mereka mengira bahwa memelihara jenggot, memakai jubah putih dan sorban, menutup seluruh tubuh perempuan rapat-rapat (sehingga perempuan mirip sebuah rumah siput yang berjalan beringsut-ingsut) adalah identik dengan Islam yang murni. Mereka tak sadar, bahwa itu semua adalah budaya Arab yang tak harus identik dengan Islam itu sendiri.(Ulil Abshar Abdalla dalam tulisannya “Boston “Hijau Royo-royo””.

Salah satu prinsip JIL (Jaringan Islam Liberal) adalah Liberal-mereka mengagung-agungkan kebebasan namun justru tidak setuju dengan orang yang memakai burka atau jilbab dengan pakaian longgarnya. Lantas? Dimana kebebasan orang-orang muslim? Sekali lagi ketidak konsistenan ini hanya mencerminkan untuk menyudutkan orang-orang Islam. Sesungguhnya Islam itu diturunkan untuk umat manusia, bukan sekelompok manusia saja. Sehingga ketentuan dalam islam berlaku universal.

Sayangnya salah satu pendukung gerakan ini menilai bahwa hal ini dapat diterima lantaran mengambil sepotong hadits Rasulullah SAW tanpa mentadaburrinya. Yakni “perbedaan pendapat di antara umatku adalah rahmat”. Hadits ini tidak shahi dan tidak jelas sanad mau[un matannya. Terlebih lagi, Perbedaan pendapat memang rahmat. Namun apakah jika pendapat itu menyalahi korodor Islam tetap dianggap rahmat seperti JIL yang menyerempet dan nyeleneh? Sehingga mereka menjadikan agama sebagai olok-olokan. Perlu diketahui, Marah pun rahmat maka marahlah untuk hal-hal yang merusak. Lupa adalah rahmat karena jika lupa tak ada, seseorang yang ditinggal meninggal keluarganya akan masih menangis sampai sekarang. Malas itu rahmat maka malas lah melakukan hal-hal yang tidak berguna. Namun, jika suatu hal itu menjadi berlebihan maka itu bukan lagi rahmat. Tapi musibah.
 Dan menutup aurat itu telah diperintahkan oleh Allah SWT di dalam Al-Quran.. (untuk wanita beriman tak peduli arab, Indonesia, Eropa, dan lain-lain)
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita... (QS an-Nur [24]: 31)


Barangsiapa menimbulkan sesuatu yang baru dalam urusan (agama) kita yang bukan dari ajarannya maka tertolak. (HR. Bukhari)

Sesungguhnya ucapan yang paling benar adalah Kitabullah, dan sebaik-baik jalan hidup ialah jalan hidup Muhammad, sedangkan seburuk-buruk urusan agama ialah yang diada-adakan. Tiap-tiap yang diada-adakan adalah bid’ah, dan tiap bid’ah adalah sesat, dan tiap kesesatan (menjurus) ke neraka. (HR. Muslim)

Maka pantaslah mengapa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Artinya : “Yang paling saya khawatirkan atas adalah orang munafik yang pandai bicara. Dia membantah dengan Al-Qur’an.”
Beliau juga bersabda:
Artinya : “Mereka mengklaim diri mereka sebagai pembaharu Islam padahal merekalah perusak Islam, mereka mengajak kepada kepada Al-Qur’an padahal merekalah yang mencampakkan Al-Qur’an”
Mengapa demikian? Karena mereka bodoh terhadap sunnah. [Lihat Ahmad Thn Umar
al-Mahmashani: 388-389]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar